Minggu, 05 Mei 2013

Bahaya Lemak bagi Otak


 Riset terbaru para ilmuwan di Harvard University mengindikasikan, perempuan yang makan banyak lemak 'jahat' bisa melukai fungsi dan memori otak mereka secara keseluruhan dari waktu ke waktu. Sebaliknya, mengonsumsi makanan tinggi lemak tak jenuh tunggal dapat memperbaiki fungsi dan memori otak. Hal ini menunjukkan bahwa lemak dapat memiliki efek yang sama pada otak seperti yang mereka lakukan pada jantung, ungkap para peneliti.

"Membuat perubahan dengan makan lebih sedikit lemak jenuh dan makan lebih banyak lemak tak jenuh tunggal lebih mungkin dapat membantu mencegah penurunan kognitif pada orang tua," kata pemimpin studi, Dr Olivia Okereke, asisten profesor psikiatri di Harvard Medical School. "Hal ini penting karena penurunan kognitif mempengaruhi jutaan orang tua. Ini adalah area penelitian yang menjanjikan." Sama seperti berolahraga, menjaga berat badan yang sehat dan tidak merokok, mungkin menjadi faktor lain yang dapat dimodifikasi dalam memerangi penurunan mental.

Dalam pengkajiannya, Okereke dan tim mengumpulkan data dari 6.000 perempuan yang mengambil bagian dalam U.S. Women Health Study. Setiap partisipan menjalani tiga fungsi tes otak setiap dua tahun selama rentang rata-rata empat tahun. Peneliti juga meminta para partisipan untuk mengisi kuesioner secara rinci tentang makanan yang mereka konsumsi pada awal penelitian dan sebelum tes otak dilakukan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, wanita yang mengkonsumsi jumlah tertinggi lemak jenuh memiliki fungsi otak dan memori terburuk secara keseluruhan ketimbang wanita yang mengkonsumsi paling sedikit lemak jenuh. Peneliti juga mencatat bahwa wanita yang mengkonsumsi lemak tak jenuh tunggal paling banyak mendapatkan skor tertinggi saat menjalani tes otak selama empat tahun pengujian.

Lemak jenuh berasal dari lemak hewani seperti daging merah dan mentega, sedangkan lemak tak jenuh tunggal ditemukan dalam minyak zaitun dan produk nabati lainnya. Dalam studi tersebut, peneliti telah memperhitungkan banyak hal yang dapat mempengaruhi temuan, termasuk usia, pendidikan, olahraga, merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat dan kondisi kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa temuan ini bukan akibat perilaku kesehatan yang lebih baik di kalangan perempuan perserta studi.

"Kami pikir tidak mungkin bahwa temuan mengenai lemak makanan terutama akan dijelaskan dengan gaya hidup sehat pada mereka dengan pendidikan yang lebih," kata Okereke. Meskipun riset ini hanya dilakukan pada kalangan perempuan, "akan masuk akal apabila temuan yang kita lihat pada wanita juga harus berlaku bagi pria," tambahnya.

Samantha Heller, seorang ahli diet, ahli gizi, ahli fisiologi olahraga dan koordinator nutrisi klinis di Center for Cancer Care, Griffin Hospital di Derby, Connecticut, berpendapat, "Tampak bahwa efek makan tinggi lemak jenuh dan makanan yang terkait, seperti daging merah dan olahan, keju dan mentega, dari waktu ke waktu akan memberikan efek kesehatan yang buruk."

Heller menambahkan, penelitian ini mendukung riset sebelumnya yang telah menemukan hubungan antara lemak jenuh, insiden penyakit Alzheimer dan penurunan fungsi otak. "Lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, kanker dan diabetes, dan dapat meningkatkan timbunan lemak di perut Anda," kata Heller.

"Timbunan lemak sendiri akan meningkatkan risiko untuk penyakit jantung, diabetes, kanker tertentu dan penyakit Alzheimer," katanya. "Untuk menurunkan asupan lemak jenuh, memilih makanan susu rendah lemak atau tanpa lemak seperti susu bebas lemak dan yogurt, unggas tanpa kulit dan ikan. Batasi daging merah dan olahan seperti," saran Heller.

sumber: heathkompas.com

Laporan Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. ( Imam Haqiqi, Sohibul,2008 )
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. ( Anggraeni, Megawati,2009 )

Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. ( Anggraeni, Megawati,2009 )

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning.
 
a. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis :
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk / tinta ikut naik ke atas.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan pada sebuah gelas kimia bertutup berisa pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak dari perbedaan bercak warna.
 
b. Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut :
Nilai Rf untuk setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang ditempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen / jarak yang ditempuh oleh pelarut
c. Mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya: Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.

Metode Praktikum
Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Beaker glass
c. Kertas saring whatman
d. Lidi
e. Klip
f. Blower
2. Bahan
a. Safranin
b. Pewarna Makanan
c. Methylene Blue
d. Minyak

Cara kerja :
1. Potong kertas whatman sesuai kebutuhan
2. Garis dengan pensil dengan jarak 2 cm dari sisi bawah kertas
3. beri tanda titik tempat sampel akan diletakkan dengan jarak 1,5-2 cm jarak tiap sampel
4. Letakkan sampel pada tiap titik sebanyak 10 ul menggunakan pipet kapiler
5. Masukkan pelarut dengan ketinggian 1-1.5 cm ke dalam bejana
6. Masukkan kertas whatman yang telah ditetesi sampel
7. Lakukan pengembangan selama 5-10 menit atau sampai eluen atau pelarut hampir mencapai batas  ketinggian 2 cm dari batas atas, atau dengan ketinggian secukupnya sesuai keperluan, jika pelarut sampai tengah kertas saring telah menunjukkan pemisahan sudah biasa ditentukan.
8. Sampel dibiarkan dengan angin-angin / dengan blower
9. Berilah tanda batas pelarut bagian atas
10. Lakukan pengamatan, tulis hasil dan pembahasan terhadap senyawa dan komponen pada kromatogram


Hasil dan Pembahasan
Kromatografi lapis tipis adalah pemisahan zat berdasarkan kepolarannya, prinsipnya ada dua yakni partisi dan absorbsi. Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian (partition chromatography). Metodenya ada dua fase gerak ( pelarutnya ) dan fase diam ( sampelnya ).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Pelarut atau fase gerak :
Methil asetat : heksan : methanol = 1 : 1 : 1
Methil asetat sifatnya semi polar
Heksan sifatnya non polar
Methanol sifatnya polar
Sampel yang digunakan adalah safranin, pewarna makanan, methylen blue, dan minyak. Setelah pelarut mendekati atas kertas, kertas kemudian diambil dan dikeringkan dengan blower. Kemudian dilihat dengan sinar UV yang berfungsi membedakan zat yang berfluorescent dan tidak / sampel mana yang bercahaya. Bila arna semakin ke atas semakin non polar, semakin ke bawah polar bila benda di tengah-tengah semi polar.
Setelah menjadi kristal kemudian dicari Rf ( Retardation Factor ). Rf dari masing-masing sampel adalah safranin ( merah ) = 0,97, pewarna makanan ( orange ) = 0,27, methylen blue ( biru )= 0,73, dan minyak ( bening ) = 0,85. Safranin paling menyala merupakan zat yang paling berfluorescent atau bercahaya.
 
Kromatografi lapis tipis juga bisa dilakukan pada sudstansi yang tidak berwarna :
a. Menggunakan pendarflour
fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendarflour ketika diberikan sinar ultraviolet ( UV ). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak ini tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa penyinaran sinar UV pada lempengan akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak seperti bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
b. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa - senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan. (Anggraeni, 2009)

Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa :
a. kromatografi lapis tipis adalah pemisahan zat berdasarkan kepolarannya
b. Prinsip dari kromatografi adalah partis ( pemisahan zat) dan absorbsi ( penyerapan zat )
c. Metode kromatografi adalah fase gerak / pelarutnya dan fase diam / sampelnya
d. Rf dari masing-masing sampel adalah safranin ( merah ) = 0,97, pewarna makanan ( orange ) = 0,27, methylen blue ( biru )= 0,73, dan minyak ( bening ) = 0,85. Safranin paling menyala merupakan zat yang paling berfluorescent atau bercahaya.
2. Saran
a. Sebaiknya dilakukan praktikum pada semua jenis kromatografi
b. Tidak boleh menggunakan pena untuk memberi tanda titik pada kertas karena akan terbawa keatas tandanya

Daftar Pustaka
Anggraeni, Megawati. 2009. Kromatografi Lapis Tipis. http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. diakses tanggal 03 juni 2011 pukul 14:00 wib
Hafni, Aswita. 2010. Kromatografi Kertas. http://mimin-mien.blogspot.com/2010 /03/kromatografi-kertas.html. diakses tanggal 03 juni 2011 pukul 14:10
Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. nadjeeb.files.wordpress .com /2009/10/kromatografi.pdf

Einstein Tak Menemukan Tuhan

49818large 
Albert Einstein adalah salah satu sosok pemikir yang sangat dikagumi sekaligus sangat dibenci di pengujung abad 20 dan bahkan hingga kini. Kenapa demikian? Karena selain penemuan-penemuan spektakulernya di bidang sains dan teknonogi yang sulit ditandingi oleh para ilmuan pada masanya, Einstein kerap melancarkan kritik pedas pada gereja dan doktrin-doktrinnya yang dianggap tidak rasional. Menurut Einstein, gereja telah melakukan ”pembodohan massal” dengan konsep ketuhanan yang tidak masuk akal.
Kritik yang disampaikan Einstein tersebut sebenarnya berangkat dari kegelisahannya ihwal eksistensi Tuhan yang tak kunjung ditemukan. Ia tidak puas dengan sosok Tuhan yang dipersonalkan atau digambarkan mirip manusia (antropomorfisme) dalam Kitab Injil. Selain itu, ia juga mengkritik filsafat ketuhanan yang dikembangkan oleh gereja yang terkenal dengan istilah Trinitas: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Sampai akhir hayatnya, Einstein belum menemukan jawaban yang rasional terkait dengan filsafat ketuhanan tersebut.
Dalam logika Einstein yang mendasarkan pikirannya pada fisika dan matematika, Tuhan yang dipersonalkan jelas tidak masuk akal. Karena itu, dengan tegas ia menolak: ”Tentang Tuhan saya tidak dapat menerima suatu konsep apa pun yang berdasarkan otoritas gereja. Sepanjang yang saya ingat, saya membenci indoktrinasi massal. Saya tidak mengimani karena takut akan kehidupan, takut akan kematian, maupun iman yang buta…” .
Pernyataan Einstein tersebut tak pelak membuat panas telinga para pemuka agama Nasrani. Ia dianggap mengingkari Al-Kitab yang seharusnya diimani tanpa harus diperdebatkan lagi. Einstein memang cukup berani membongkar sekian ayat yang terdapat dalam kitab Injil yang tidak sesuai dengan nalar logikanya. Ia sama sekali tidak mengimani Injil sebagai sabda Tuhan karena sepanjang penelitiannya terdapat pertentangan antara Injil yang satu dengan lainnya. Dalam Injil Yohanes, misalnya, Eisntein melihat ada pertentangan ayat yang sangat mendasar dengan Injil Barnabas (The Gospel of Barnabas) yang naskah aslinya ditemukan di The Emperial Library Wina, Austria. Atas dasar inilah Einstein semakin tidak yakin akan kebenaran Injil. Apalagi fakta sejarah menunjukkan bahwa ketika Paus St. Glasius I bertahta pada 492-496, Vatikan secara resmi melarang Injil Barnabas beredar dan dibaca oleh umat Kristiani.
Einstein menilai keputusan tersebut sangat paradoks dan sulit diterima oleh akal sehat. Sehingga dengan lantang ia menuduh Paus telah melakukan campur tangan dalam penulisan Injil.
Kritik pedas inilah yang membuat vatikan kegerahan. Einstein dianggap terlalu berlebihan dan mengada-ada. Pihak gereja kemudian bergerak lebih cepat untuk menyikapi apa yang telah dikemukakan pemikir yang berpengaruh itu agar tidak mereduksi keimanan umat Kristiani di seluruh dunia.
Seorang pemuka Nasrani yang berasal dari Lutheran Church of Our Savior, yakni pendeta Carl F. Weldman menanggapi dengan keras pendapat Einstein yang menolak Tuhan dipersonalkan: ”Tidak ada Tuhan selain Tuhan personal! Einstein tidak mengetahui apa yang sedang diucapkannya. Dia salah total!”. Dalam pandangan Carl F. Weldman, pernyataan Einstein bukanlah termasuk bagian dari pencarian hakiki akan eksistensiNya. Akan tetapi hanyalah sebentuk provokasi yang tidak didasari oleh iman yang kuat.
Sri Paus Yohanes Paulus II yang bertahta di Vatikan juga ikut menyerang Einstein: ”Menginginkan bukti-bukti ilmiah tentang Tuhan sama dengan merendahkan Tuhan ke derajad wujud-wujud dunia kita dan karenanya kita akan keliru secara metodologis berkenaan dengan apa itu Tuhan. Sains harus mengakui batas-batasnya serta ketidakmampuannya untuk mencapai eksistensi Tuhan, ia tidak bisa mengukuhkan ataupun mengingkari eksistensiNya…”
Semua umat Kristiani yang menerima filsafat ketuhanan dengan modal iman jelas menganggap Einstein sebagai pengingkar (kafir). Ilmuan peraih nobel yang pada akhir hayatnya kedua bola matanya dijugil untuk diawetkan itu dituduh atheis karena logika berpikirnya tidak sejalan dengan Al-Kitab.
Tuduhan yang sama sebenarnya juga dilancarkan oleh para pemuka agama Yahudi yang menganggap Einstein anti-Tuhan karena telah berani menolak untuk menjalani bar mitzvah, yaitu upacara untuk menjadi komunitas orang Yahudi. Sebagaimana diulas oleh Wisnu Arya Wardhana dalam buku ini, sejak kecil Einstein memang hidup dengan ”dua agama”: Yahudi dan Katholik. Jika pada pagi hari ia belajar agama Katholik di Katholik Petersschule, sedangkan sorenya ia menerima pelajaran agama Yahudi dari Alexander Moszkowski, guru privat yang sengaja didatangkan oleh orang tuanya
Dengan demikian, Einstein sudah mempelajari dengan cukup cermat isi Kitab Talmud (Taurat) dan isi Al-Kitab (Injil) sejak ia masih kecil, yakni saat masih berumur tujuh tahun. Walaupun pada saat itu ia belum berani melakukan koreksi terkait beberapa ayat yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya.
Hidup dengan dua agama bukanlah sesuatu yang aneh bagi Einstein. Ia belajar agama Yahudi karena termasuk agama leluhurnya, sedangkan pelajaran Katholik ia dalami tak lain karena pencariannya akan eksistensi Tuhan. Namun sepanjang yang dipelajari Einstein dari kedua Kitab Suci tersebut, yakni Taurat dan Injil, sosok Tuhan yang sesuai dengan jalan pikirannya tak juga ditemukan.
Judul Buku : Einstein Membantah Taurat & Injil
Sumber : http://jawapos.com/

Jumat, 03 Mei 2013

Reaksi Kimia dalam Larutan Elektrolit (Stoikiometri Larutan)


Reaksi asam basa (reaksi penetralan).
Reaksi asam basa atau reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam (H+) dan basa (OH-) menghasilkan H2O yang bersifat netral.
Adapaun contoh reaksi penetralan adalah sebagai berikut:

1. Reaksi: Asam + Basa --> Garam + Air
HNO3 (aq) + KOH (aq) --> KNO3 (aq) + H2O (l)
H2SO4 (aq) + Ca(OH)2 (aq) --> CaSO4 (aq) + H2O (l)
 
2. Reaksi: Asam + Oksida Basa --> Garam + Air
2HCl (aq) + CaO (s) --> CaCl2 (aq) + H2O (l)
2HNO3 (aq) + Na2O (s) --> Na(NO3)2 (aq) + H2O (l)
 
3. Reaksi: Asam + Amonia --> Garam
HCl (aq) + NH3 (g) --> NH4Cl (aq)
H2SO4 (aq) +2 NH3 (g) --> (NH4)2SO4 (aq)
Ammonia (NH3) termasuk basa yang berupa senyawa molekul sehingga dibedakan dari 2 jenis basa lainnya, yakni senyawa ion yang dapat melepas ion OH- dan okisda basa. Terdapat senyawa molekul basa lainnya seperti metilamina (CH3NH2) tetapi reaksinya tidak umum seperti halnya ammonia.
4. Reaksi: Oksida asam + Basa --> Garam + Air
SO3 (g) + 2NaOH (aq) --> Na2SO4 (aq) + H2O (l)
CO2 (g) + Mg(OH)2 (aq) --> MgCO3 (aq) + H2O (l)

Reaksi Pendesakan Logam

Reaksi pendesakan logam adalah reaksi di mana logam mendesak kation logam lain atau hydrogen dalam suatu senyawa. Reaksi ini dapat berlangsung apabila logam berada di sebelah kiri dari logam/H yang didesak dalam deret Volta. Pada reaksi ini, produk reaksi berupa endapan logam, gas, dan air.
Deret Volta merupakan urutan unsur-unsur yang disusun berdasarkan data potensial reduksi. berikut beberapa unsur yang dapat dihapal berdasarkan urutan potensial reduksinya:
Li - K - Ba - Ca - Na - Mg - Al - Mn - Zn - Fe - Ni - Sn - Pb - (H) - Cu - Hg - Ag - Pt - Au
Adapun contoh reaksi pendesakan logam adalah sebagai berikut:
1. Reaksi: Logam 1 + Garam 1 --> Garam 2 + Logam 2
Zn (s) + CuSO4 (aq) --> ZnSO4 (aq) + Cu (s)
2Al (s) + 3FeSO4 (aq) --> Al2(SO4)3 (aq) + 3Fe (s)
Cu (s) + Na2SO4 (aq) --> tidak bereaksi karena Cu berada di sebelah kanan deret volta
2. Reaksi: Logam + Asam --> Garam + Gas Hidrogen
Mg (s) + HCl (aq) --> MgCl2 (aq) + H2 (g)
Zn (s) + H2SO4 (aq) --> ZnSO4 (aq) + H2 (g)
Ag (s) + HCl (aq) --> tidak bereaksi karena Ag berada di sebelah kanan deret volta
3. Reaksi: Logam + Asam --> Garam + Air + Gas
2Fe (s) + 6 H2SO4 (aq) --> Fe2(SO4)3 (aq) + 6 H2O (l) + 3SO2 (g)
Cu (s) + 4HNO3 (aq) --> Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O (l) + 2NO2 (g)

Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)

Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit.
AB + CD --> AC + BD
Pada reaksi ini setidaknya satu produk reaksi akan membentuk endapan, gas, atau elektrolit lemah. Gas dapat berasal dari peruraian zat hipotetis (asam dan basa hipotetis terurai menjadi gas dan air) yang bersifat tidak stabil seperti berikut ini:
H2CO3 --> CO2 (g) + H2O (l)
H2SO3 --> SO2 (g) + H2O (l)
NH4OH --> NH3 (g) + H2O (l)
 
Adapun contoh reaksi metatesis (pertukaran pasangan) adalah sebagai berikut:
1. Reaksi: Garam 1 + Asam 1 --> Garam 2 + Asam 2
AgNO3 (aq) + HBr (aq) --> AgBr (aq) + HNO3 (aq)
ZnS (s) + 2HCl (aq) --> ZnCl2 (aq) + H2S (aq)
 
2. Reaksi: Garam 1 + Basa 1 --> Garam 2 + Basa 2
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) --> Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
NH4Cl (aq) + KOH (aq) --> KCl (aq) + NH4OH (aq)
 
3. Reaksi: Garam 1 + Garam 2 --> Garam 3 + Garam 4
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) --> AgCl (aq) + NaNO3 (aq)
2KNO3 (aq) + MgCl2 (aq) --> 2KCl (aq) + Mg(NO3)2 (aq)

Tertarik untuk mempelajari lebih dalam? Klik di sini, untuk mendowload materi ini.

laporan praktikum kimia

EMPEDU


JUDUL PERCOBAAN
“EMPEDU”
B.     TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk :
a.    Mengetahui keadaan fisik empedu yang meliputi warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman dan berat jenisnya.
b.    Mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu.
c.    Mengetahui zat warna empedu melalui test Gmelin dan Smith.
d.    Mengetahui kandungan asam pada empedu.
C.     LANDASAN TEORI
       Kandungan empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berassal dari kantung empedu (duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa centimeter di bawah lambung (Anonim, 2010).
       Cairan empedu terdiri dari asam emped, protein, garam empedu, kalsium dan lemak. Fungsi dari cairan empedu adalah untuk membentuk penyerapan lemak, dan vitamin A,D,E dan K (Anonim, 2010).
       Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit. Caoran empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organic, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol. Asam-asam empedu yang penting ialah asam kolat dan asam deoksikolat. Beberapa fungsi asam empedu antara lain: sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus; dapat mengaktifkan lipase dalam cairan pancreas; membantu mengadsorbsi asam-asam lemak, kolesterol, vitamin D dan K serta karoten; sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati; dan menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan menyebabkan terjadinya beberapa endapan kolesterol (Anna Poedjiadi, 1994; 244).
       Garam empedu bersifat digestif dan memperlancar kerja enzimdan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak. Garam empedu juga membantu pengabsorpsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak) dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus endothelium yang menutupi vili usus.
       Garam empedu dibentuk di hati dari kolesterol melalui reaksi yang menyebabkan hidroksilasi inti steroid dan memutus rantai sisi. Dalam reaksi pertama, terjadi penambahan sebuah gugus ɒ-hidroksil kekarbon 7 (di sisi ɒ pada cincin β). Aktivasi 7 ɒ-hidroksilase yang mengkatalisis reaksi penentu ini ditekan oleh adanyagaram-garam empedu. Pada reaksi berikutnya, terjadi reduksi ikatan rangkap dan mungkin terjadi hidroksilasi tambahan. Dihasilkan dua kelompok senyawa yang berbeda. Satu kelompok memiliki gugus ɒ-hidroksi diposisi 3,7 dan 12 dan menghasilkan seri asam kenakalat. Melalui reaksi oksidasi 3 karbon dikeluarkan dari rantai sisi. Fragmen-5-karbon sisanya yang melekat ke struktur cincin memiliki sebuah gugus karboksi (Dawn marks, 2000).
       Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan mengikat sebagian dari bilirubin total termetabolisme dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang member warna pada kotoran (Anonim, 2010).
       Bilirubin yang terbentuk di jaringan perifer akan diangkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolism bilirubin lebih lanjut terjadi dihati. Peristiwa metabolism ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1.    Ambilan bilirubin oleh sel parenkim hati
2.    Konyugasi bilirubin dalam reticulum endoplasma halus
3.    Sekresi bilirubin terkonyugasi ke dalam empedu
(Happer Robert K. murray, 1998; 351).
D.     ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
1.      Gelas ukur 10 ml dan 25 ml 1 buah
2.      Gelas kimia 50 ml dan 100 ml 1 buah
3.      Tabung reaksi 8 buah
4.      Rak tabung reaksi
5.      Corong biasa
6.      Picnometer  50 ml
7.      Neraca analitik
8.      Oven
9.      Penjepit tabung
10.  Botol semprot
11.  Pipet tetes
12.  Gunting
Bahan yang digunakan:
1.      Empedu ayam
2.      Asam asetat 10 %
3.      Perak nitrat
4.      Barium klorida
5.      Ammonium molibdat
6.      Asam nitrat pekat
7.      Iodida 5 %
8.      Sukrosa
9.      Asam sulfat pekat
10.  Aquadest
11.  Indicator universal
12.  Tissue
E.      PROSEDUR KERJA
1.      Tes Keadaan Fisik Empedu
Memperhatikan dan memeriksa warna, bau, keadaan wujud, derajat keasaman (dengan indicator universal) serta berat jenis menggunakan picnometer.
2.      Tes Musin Dan Senyawa Anorganik Pada Empedu
a.       Mengasamkan 25 ml empedu yang telah diencerkan dengan menggunakan asam asetat 10 %. Dengan cara ini musin akan terendapkan
b.      Menyaring filtrate kemudian digunakan untuk pemeriksaan :
·        Klorida dengan penambahan larutan AgNO3
·        Sulfat dengan penambahan larutan BaCl2
·        Fosfat dengan penambahan larutan ammonium molibdat
c.       Mengamati apa yang terjadi pada masing-masing perlakuan.
3.      Tes Zat Warna Empedu
·      Tes gmelin
a.       Menambahkan 3 ml HNO3 pekat dalam tabung reaksi
b.      Menambahkan dengan hati-hati menggunakan pipet tetes seumlah yang sama dari empedu sehingga empedu terdapat pada bagian atas
c.       Menggoyangkan campuran dengan perlahan-lahan
d.      Mencatat hasilnya.
·        Tes smith
a.       Menambahkan beberapa tetes larutan iodide 0,5 % dalam alkoholke dalam larutan empedu yang sangat encer. Mengusahan lapisan iod tetap berada diatas
b.      Mengamati lapisan cincin berwarna hijau tua dan biru hijau diantara ke dua lapisan campuran.
4.      Tes Asam Empedu
a.       Menambahkan Kristal sukrosa ke dalam 3 ml empedu yang diencerkan 1: 3
b.      Mengocok sampai semua larut
c.       Menambahkan secara perlahan-lahan asam sulfat pekat 3 ml dengan memiringkan tabung sedemikian sehingga asam terdapat pada bagian bawah
d.      Memutar tabung perlahan-lahan
e.       Mengamati apa yang terjadi.
F.      HASIL PENGAMATAN
1.      Tes Keadaan Fisik Empedu
Warna                          :           hijau tua
Bau                  :           amis
Keadaan wujudnya     :           cair
Derajat keasaman                    :           8
Berat jenis empedu     :           1,032 gr/ml
2.      Tes Musin Dan Senyawa Anorganik Pada Empedu
5 ml empedu + 20 ml aquadest + asam asetat 10% 2 ml  endapan, filtrate (dibagi keddalam 3 tabung)
·        Filtrate 1 + AgNO3  endapan putih
·        Filtrate 2 + BaCl2  endapan
·        Filtrate 3 + ammonium molobdat  endapan
3.      Tes Zat Warna Empedu
·      Tes gmelin
3 ml asam nitrat pekat + 3 ml empedu   3 lapisan (atas: hijau pekat; tengah: cincin merah kecoklatan; bawah: bening)  larutan orange  larutan orange, ada busa putih pada permukaan.  
·      Tes smith
Empedu (1 : 5) + iod 0,5% (tetes)  2 lapisan (atas: orange; bawah: hijau).
4.      Tes Asam Empedu
Empedu (1 : 5) + Kristal sukrosa     hingga larut + 3 ml asam sulfat pekat )   3 lapisan (atas: atas; tengah: cincin merah kecoklatan; bawah : orange)    larutan berwarna hitam.
G.     PEMBAHASAN
1.      Tes Keadaan Fisik Empedu
       Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik empedu dengan memeriksa warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman (pH) dan berat jenisnya. Dan diperoleh dari hasil percobaan, empedu berwarna hijau tua, berbau amis, keadaan atau wujud ataupun bentuknya oval (lonjong) dan berair (cair), pH=8 dan empedu memiliki berat jenis sebesar 1,032 gr/ml. Hal ini sudah sesuai dengan teori, termasuk empepu yang bersifat basa.
2.      Tes Musin Dan Senyawa Anorganik Pada Empedu
       Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa anorganik melalui mengendapkan musin yang terdapat dalam empedu, yaitu dengan menambahkan asam asetat, setelah musin mengendap, dengan mudah kita dapat mengidentifikasi zat-zat anorganik dalam empedu misalnya klorida, sulfat dan fospat. Untuk menguji adanya ion-ion klorida tersebut dilakukan dengan menyaring campuran larutan tersebut kemudian filtratnya ditambahkan perak nitrat, hasilnya terbentuk endapan putih, hal ini menandakan bahwa pengujian ini positif. Endapan putih ini merupakan AgCl. Adapun reaksinya:
       Cl-  +  AgNO3    AgCl (endapan putih)  +  NO3
Untuk uji sulfat dilakukan dengan menambahkan larutan BaCl2 ke dalam filtrate. Berdasarkan teori, empedu tidak mengandung ion sulfat. Tetapi hasil percobaan terdapat endapan yang menunjukkan adanya ion sulfat. Ini terjadi kemungkinan pereaksi yang digunakan sudah terkontaminasi ataupun rusak. Persamaan reaksinya adalah :
       SO42-  +  BaCl2     BaSO4 (endapan)  +  2Cl-
Sedangkan untuk pengujian ion posfat dilakukan dengan menambahkan larutan  ammonium molibdat terhadap filtrate, Seperti hasil yang diatas, berdasarkan teori tidak terdapat ion posfat dalam empedu. Tetapi dari hasil percobaan diperoleh endapan yang menunjukkan adanya ion posfat. Hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian dalam pengamatan.
3.      Tes Zat Warna Empedu
       Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna empedu dengan melakukan tes gmelin dan tes smith. Test gmelin dilakukan dengan mencampurkan asam nitrat pekat dalam empedu, asam nitrat ini berfungsi untuk pengoksidasi. Hasilnya diperoleh 3 lapisan, atas berwarna hijau, tengah terdapat cincin merah kecoklatan dan bagian bawah berwarna bening. Terdapatnya cincin berwwarna merah kecoklatan merupakan warna warna bilirubin. Sedangkan untuk test smith dilakukan dengan mengencerkan empedu (1 : 5) kemudian ditambahkan iod tetes demi tetes dan terbentuk larutan 2 lapisan, yaitu atas berwarna orange dan bawah berwarna hijau. Fungsi iod juga sama dengan asam nitrat pekat yaitu pengoksidasi. Adanyya warna hijau pada larutan campuran tersebut menunjukkan uji positif. Yang menunjukkan zat warna dari bilirubin terhadap penambahan larutan Iod.
4.      Tes Asam Empedu
       Tes  keasaman empedu dilakukan dengan mencampurkan empedu encer dengan Kristal sukrosa yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan. Kemudian dikocok hingga larut keseluruhan (homogen), kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dihasilkan larutan terbentuk 3 lapisan. Lapisan atas berwarna hitam, tengah terdapat cincin berwarna merah kecoklatan dan lapisan bawah berwarna orange. Lapisan atas merupakan lapisan empedu, dan bawah berwarna orange merupakan lapisan yang menunjukkan derajat keasaman pada empedu yang bersifat basa.
H.     PENUTUP
1.      Kesimpulan
a.       Tes keadaan fisik empedu yaitu warna empedu hijau tua, berbau amis, keadaan wujudnya oval dan cair, pH=8 dengan berat jenis 1,032gr/ml.
b.      Uji klorida positif dengan terbentuknya endapan berwarna putih
c.       Tes gmelin menunjukkan hasil positif dengan warna cincin merah kecoklatan yang merupakan zat warna bilirubin. Sedangkan tes smith berwarna hijau tua.
d.      Tes asam empedu menghasikan 3 lapisan (atas: hitam; tengah: cincin berwarna merah kecoklatan; bawah : orange) yang membuktikan bahwa empedu bersifat basa lemah.
2.      Saran
       Diharapkan praktikan, sebelum melakukan percobaan agar terlebih dahulu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan agar praktikum berjalan dengan lancar.